Probolinggo – Suasana penuh keakraban dan kebersamaan tampak dalam kegiatan “Kenduri Legian” yang digelar di Kota Probolinggo pada Sabtu (1/11/2025). Acara yang sarat nilai budaya dan religius itu dihadiri oleh Kasdim 0820/Probolinggo Mayor Inf Herawadi Karnawan bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), serta para tokoh masyarakat dan tokoh lintas agama dari berbagai lapisan.
Kenduri Legian bukan sekadar acara seremonial, melainkan momentum untuk merajut silaturahmi dan memperkuat nilai kebinekaan di tengah masyarakat yang majemuk. Tradisi ini juga menjadi wadah untuk meneguhkan rasa syukur atas karunia Tuhan yang telah melimpah kepada masyarakat Kota Probolinggo.
Dalam sambutannya, Mayor Inf Herawadi Karnawan menegaskan bahwa kegiatan ini mencerminkan semangat kebersamaan yang telah lama menjadi ciri khas masyarakat Probolinggo.
“Kenduri Legian ini menjadi wadah mempererat tali silaturahmi antarwarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Selain itu juga melestarikan tradisi dan budaya religius yang telah diwariskan turun-temurun sebagai sarana doa bersama,” ujar Kasdim.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa kegiatan tersebut tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga sosial dan kebangsaan.
“Kita patut bersyukur, karena di Probolinggo ini masyarakatnya beragam suku, agama, dan budaya, namun tetap hidup berdampingan dengan harmonis. Itulah wujud nyata kebinekaan yang harus terus kita rawat,” tambah Mayor Herawadi.
Kasdim juga menyebutkan bahwa Kenduri Legian menjadi ruang untuk saling bertukar pikiran antar elemen masyarakat, guna memperkuat solidaritas sosial dan menjaga suasana kondusif di wilayah.
“Ini adalah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat, karunia, dan keberkahan yang telah diberikan kepada masyarakat Kota Probolinggo,” tuturnya.
Sementara itu, KH Tajul Muttaqin, selaku pencetus kegiatan Kenduri Legian, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen bersama dalam merawat warisan leluhur yang penuh makna.
“Apa yang kita lakukan hari ini adalah upaya menjaga semangat kebinekaan. Warisan dari pendahulu kita yang harus terus dirawat agar tetap hidup di tengah masyarakat,” ungkap KH Tajul.
Ia juga menuturkan bahwa gagasan Kenduri Legian muncul dari para sesepuh yang ingin menciptakan ruang dialog antar tokoh lintas sektor untuk memperkuat hubungan antarumat.
“Ada beberapa sesepuh yang berinisiatif mengumpulkan para tokoh lintas agama agar tercipta suasana pemerintahan dan masyarakat yang harmonis. Semoga aura positif dari kegiatan ini membawa manfaat bagi masyarakat Kota Probolinggo,” pungkasnya.
Kegiatan yang berlangsung khidmat itu diakhiri dengan doa bersama, santapan khas kenduri, serta ramah tamah antar peserta. Tradisi ini diharapkan menjadi simbol nyata persatuan, toleransi, dan rasa syukur masyarakat Probolinggo dalam menjaga keharmonisan daerah.
(Bambang/Red)






