banner 728x250

Masyarakat Ngadisari dan Pemdes Tegakkan Larangan Motor Matic di Bromo

Masyarakat Ngadisari dan Pemdes Tegakkan Larangan Motor Matic di Bromo
banner 120x600
banner 468x60

Sukapura, Probolinggo – Komitmen luar biasa ditunjukkan oleh Kepala Desa Ngadisari, Sunaryono, bersama masyarakat Tengger dalam menjaga keselamatan para pengunjung di kawasan wisata Gunung Bromo. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tingginya angka kecelakaan yang disebabkan oleh rem blong sepeda motor matic di jalur curam menuju Bromo.

Sunaryono turun langsung ke lapangan untuk mengantisipasi pengendara motor matic yang nekat masuk ke kawasan wisata tersebut. “Keselamatan wisatawan bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tapi juga moral masyarakat lokal,” ujarnya saat ditemui di Pos Penyekatan Pendopo Desa Ngadisari. Minggu (8/6/25) Pagi

banner 325x300

Desa bersama pemuda, karang taruna, pramuka, dan para pelopor keselamatan desa bersatu dalam gerakan kolaboratif untuk mencegah penggunaan motor matic yang berisiko tinggi. “Pemdes sudah mengimbau agar tidak menggunakan motor matic ke Bromo, namun tanpa aturan tegas dan dukungan petugas dari pemerintah lebih tinggi, kami kewalahan. Ada pengendara yang tetap memaksa naik meski sudah pernah kecelakaan sebelumnya,” jelasnya.

Demi mengurangi risiko kecelakaan, Desa Ngadisari mendirikan pos penyekatan di Pendopo Desa, sebagai titik edukasi dan penyaringan wisatawan dari arah Probolinggo. Wisatawan dihentikan untuk diberi pemahaman mengenai bahaya naik motor matic di jalur yang panjang dan menanjak.

Sebagai solusi, warga menyediakan alternatif kendaraan yang lebih aman seperti Jeep dan sepeda manual yang bisa disewa dengan tarif terjangkau. Tarif sewa Jeep menuju Seruni Point berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu, sedangkan menuju Bromo sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per Jeep. “Ini bukan soal bisnis, kami hanya ingin Bromo tetap aman dan bebas korban jiwa. Kami juga terbuka menerima ide lain yang lebih baik,” tambah Sunaryono.

Meskipun banyak tantangan, terutama wisatawan dari jalur Pasuruan dan Malang yang keluar lewat Probolinggo dan tidak terpantau, warga tetap melakukan teguran secara persuasif dan memberikan edukasi langsung.

Sunaryono menegaskan pentingnya dukungan kebijakan resmi dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk melarang motor matic ke Bromo secara tegas. “Di tingkat desa, kami sudah berusaha semampu kami. Tapi untuk langkah yang lebih besar, tentu perlu dukungan pemerintah daerah,” tegasnya.

Dedikasi masyarakat Tengger yang bersinergi dengan Pemdes Ngadisari ini sangat layak diapresiasi. “Di tengah keterbatasan, kami tidak tinggal diam. Kami berupaya menjaga keselamatan sekaligus menjaga reputasi Bromo sebagai destinasi wisata unggulan nasional,” tutupnya penuh semangat.

(Edi D/**)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *